My favorite!

Izin share tulisan Salim A. Fillah dalam bukunya "Jalan Cinta Para Pejuang" dari halaman 103. Ini termasuk favorit saya, buat yg belum baca, this book is very recommended! :)

Ia pemuda biasa. Lahir dari keluarga miskin lagi pengungsi. Ia bermimpi untuk melawan kezhaliman yang mencakar koyak wajah bumi para Nabi, tanah kelahirannya, sejak pertengahan abad lalu. Suatu hari masih dalam sengatan mimpinya, ia bersama teman-temannya membuat sebuah acara kemah ketangkasan di pantai Gaza. Dan dari sanalah kisah menakjubkan itu dimulai.


Di akhir acara mereka berlomba, mereka saling adu ketahanan. Siapa bisa melakukan head-stand, berdiri dengan kepala dalam jangka waktu terlama, dialah sang pemenang. Sang pemenang berhak digendong bergantian selama perjalanan pulang.

Tiap menit, satu demi satu peserta menyerah. Lalu tinggallah dia sendiri, pemuda itu. Dia masih terus bertumpu di atas kepalanya bahkan sampai beberapa jam kemudian! Gila! Teman-temannya berseru-seru. Tapi ia tak beranjak. Wajahnya dicobakan untuk tetap tersenyum. Hingga pada satu titik waktu, ia tak tahan lagi. Serasa ada yang meledak di kepalanya. Lalu ia jkatuh. Sayangnya saat mencoba bangkit, ia limbing. Ia jatuh lagi. Dan kakinya sulit digerakkan, bahkan serasa tak mampu menahan berat tubuhnya. Hari itu, usianya baru enam belas tahun. Dan perkenalkan, nama pemuda itu adalah.. Ahmad Yassin.

Ia lumpuh di usia remajanya. Tapi mimpinya tak ikut lumpuh. Mimpi itu tetap menyala. Bahkan kian berkobar. Dengan kelumpuhannya ia memilih untuk menjadi guru agama Islam di sebuah sekolah dasar. Dan karena mimpi-mimpinya yang menjulang murid-muridnya tersengat. Konon tiap kali ia mengajarkan sesuatu, murid-muridnya bak kerasukan. Mereka begitu bersemangat mengamalkan apa yang dikatakannya.

Sutau hari disinggungnya tentang shalat malam. Maka paginya para wali murid memprotes pihak sekolah karena anak-anak mereka jadi begadang semalaman menantikan sepertiga malam terakhir untuk shalat. Suatu hari, disinggungnya pula tentang puasa sunnah. Maka para orangtua pun kelabakan karena hari-hari mereka yang masih kecil memboikot sarapan pagi dan makan siang untuk berpuasa. Padahal musim panas begitu dahsyat dengan siang panjang bermandikan matahari.

Duhai kekuatan apakah itu, yang ada para guru lumpuh itu? Itulah kekuatan jiwa. Begitu kokhnya hingga jasad yang rapuh itu bagaikan matahari, bersinar meledakkan. Bertahun-tahun dia dipenjara Israel, sampai manusia pun bertanya apa bahayanya orang tua yang lumpuh penyakitan ini? Dokter-dokter di penjara Israel hampir-hampir menganggapnya laboratorium hidup, karena hari tak berganti tanpa bertambahnya jenis penyakit di tubuh sang singa yang berkursi roda.

Inilah lelaki yang ditakuti Israel. Bukan yang seperti Rambo. Bukan yang badannya sekekar Ade Rai. Hanya seorang lelaki lumpuh berkursi roda yang bicara pun terbata-bata. Suaranya juga kecil hampir kehabisan bunyi. Tapi kekuatan jiwanya itulah, jiwa yang dipenuhi mimpi, keyakinan pada janji Ilahi, membuatnya begitu perkasa, begitu berwibawa di hadapan jutaan pasukan bersenjata lengkap berkendara lapis baja. Perkenalkan, namanya Ahmad Yassin..

Saat langit berwarna merah saga
Dan kerikil perkasa berlarian
Meluncur laksana puluhan peluru
Terbang bersama teriakan takbir
-Shoutul Harokah: Merah Saga

Sampai saat ini, mimpi Ahmad Yassin dan Hamas tetap menegakkan bulu roma hingga tawa para zionis tak terlalu menganga. Ahmad Yassin telah syahid, dan kini semoga kita menjadi bagian dari penyambung mimpinya untuk memancung tempat tumbuhnya bulu roma kezhaliman.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Good Morning!

Ciee yang maba!

Tiring Days but Meaningful