Coming Back Home

Sudah dua minggu Ia dibuat resah. Menunggu kedatangan seseorang. Namun tak kunjung muncul batang hidungnya. Setiap hari Ia tak lelah menanti, disertai doa kepada Sang Penggenggam Jiwa untuk melindungi seorang laki-laki yang baru seminggu menyematkan cincin di jarinya. Suami yang Ia cintai.


"Tante jangan murung dong" suara keponakannya, Ken berusaha menghibur. "Daripada tante bengong, dan mumpung ga ada pembeli mendingan Tante bantuin Ken bikin ini" kata Ken sambil menunjuk Teru-teru Bozu miliknya. "Menurut orang Jepang, ini bisa menangkal hujan lho tan! Hmm.. dan semoga Om juga gampang turun gunungnya." Ia berusaha tersenyum pada keponakannya. Tapi Ia tak percaya pada tradisi jepang itu.


Suaminya adalah seorang dokter relawan. Kemarin Ia ditugaskan untuk menyelamatkan pendaki yang hilang. Namun sampai sekarang belum ketahuan rimbanya. Ia khawatir suaminya juga ikut hilang!


Sore hari, saat matahari mulai mengeluarkan semburat merahnya. Ia menutup Toko Bunganya setelah mengantarkan Ken pulang. Hari itu Ken meminta potpourri dan seikat bunga matahari dari Toko. Tentu saja gratis. Tapi gadis kecil itu bersikeras "membayar" dengan Teru-teru Bozu karyanya. Akhirnya Ia menerima pemberian Ken dengan senyuman manis.


Hujan turun amat deras. Ia menggenggam secangkir cokelat panas. Ia terisak. Lama kelamaan menjadi tangisan yang memilukan. Ia amat merindukan suaminya. Di jendela teru-teru bozu sudah menggantung.

"Kau lihat Ken? Bonekamu tak bisa membuat hujan berhenti.."


Photobucket


Ia tertidur lelah dengan mata sembap.


Saat adzan subuh mulai terdengar, Ia merasakan sesuatu yang lembut telah mengusap matanya. Ia terkejut dan segera membuka mata. Ternyata.. air matanya semalam diusap oleh teru-teru bozu yang tadinya menggantung. Tapi.. siapa..apa mungkin..?


Ia memicingkan mata. Mencari siapa pelakunya.


Photobucket

Ia terkesiap. Seseorang tersenyum disana..

Dengan senyuman yang sama saat menyematkan cincin di jari manisnya.

"Al..hamdu..lillah.." katanya sambil terisak. Suaminya pulang..


Photobucket


"Kau ihat ya, teru-teru bozu ini bisa menghentikan hujan dari matamu.."
Sang dokter menyeka air matanya, lalu memberikan edelweis kepadanya.
Kini Ia bisa tersenyum secerah bunga matahari :)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Good Morning!

Ciee yang maba!

Tiring Days but Meaningful